Hi, postingan yang satu ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari postingan sebelumnya yang berjudul "Respon Morfologi Tanaman Padi (Oryza sativa L.) terhadap Cekaman Besi". Namun, pada postingan ini difokuskan pada kajian molekulernya saja. yep, langsung saja ya saya bersenandung.
Ringkasnya adalah sebagai berikut, sebelum sampai kepada tahap analisis ekspresi gen, tentunya saya harus melakukan isolasi RNA, kemudian sintesis cDNA, baru setelah itu ujung dari cerita ini akan terlihat melalui amplifikasi primer spesifik untuk mengetahui tingkat ekspresi suatu gen. Disini analisis ekspresi gen saya lakukan secara semikuantitatif yakni hanya mengamati profil pita hasil amplifikasi primer spesifik melalui PCR. Sebenarnya, analisis ekspresi suatu gen juga dapat dilakukan secara kuantitatif yakni melalui qRT-PCR. Oke langsung saja saya sampaikan hasil small project saya ini.
Tahapan isolasi RNA total terdiri atas 3
tahap utama, yaitu pemecahan dinding sel, ekstraksi dan permurnian RNA.
Pemecahan dinding sel berfungsi untuk
membebaskan komponen sitoplasma dan RNA dalam sel. Tahap kedua, yaitu ekstraksi
yang meliputi penggunaan senyawa pengekstrak dan pengendapan RNA. Pada praktikum ini ekstraksi RNA menggunakan AccuZolTM total
RNA Extraction Kit dengan
mengikuti instruksi pabrik (USA Bioneer,
Inc.). Reagen AccuZol merupakan larutan yang sudah dilengkapi
dengan fenol dan garam guanidin yang mampu menghambat aktivitas RNase dan mampu
menjaga integritas RNA selama proses
lisis dan homogenasi sampel (USA Bioneer,
Inc.). Penggunaan kloroform yang dilanjutkan dengan sentrifugasi
pada tahapan isolasi RNA berfungsi untuk memisahkan aqueous phase (fase atas) dan fase organik (fase bawah).
RNA berada pada fase atas. Penggunaan isopropanol berfungsi untuk presipitasi
RNA, sedangkan etanol berfungsi untuk mencuci RNA dari kontaminan (USA Bioneer, Inc.). Isolasi RNA total yang dilakukan pada praktikum
ini berasal dari dua macam jaringan yaitu daun dan akar padi dari perlakuan
cekaman besi 400 ppm selama 4 hari. Pengambilan sampel untuk isolasi RNA
dilakukan dengan hati-hati. Sampel yang berhasil diambil selanjutnya disimpan
dalam ice-box berisi es untuk menjaga
agar sel tidak rusak.
Analisis kualitatif RNA total diamati menggunakan
elektroforesis gel agarosa 1 % di dalam buffer MOPS 1 %
(v/v) yang kemudian divisualisasikan dengan menggunakan UV Transiluminator. Hasil elektroforegram menunjukkan bahwa RNA total
berhasil diisolasi pada akar dan padi. Namun isolasi tidak berhasil dilakukan
pada semua sampel (Gambar 1). RNA berhasil diisolasi kecuali pada sampel A1P
dan D2P. Beberapa hal yang dapat mungkin menyebabkan tidak berhasilnya RNA
diisolasi yaitu karena proses homogenasi dan lisis sampel yang tidak sempurna.
Gambar 1. Hasil elektroforegram RNA total akar dan
daun padi
Hasil elektroforegram terhadap RNA total akar dan daun padi menunjukkan
adanya perbedaan intensitas pita. Perbedaan intensitas pita ini dapat mengindikasikan
konsentrasi RNA yang beragam pada masing-masing sampel, hal
ini perlu diperhatikan karena akan mempengaruhi hasil analisis ekspresi
gen. Penggunaan konsentrasi RNA pada uji ekspresi dengan metode RT-PCR
memerlukan konsentrasi RNA yang sama karena akan mempengaruhi intensitas pita
yang terbentuk. Hasil elektroforegram RNA total menunjukkan adanya 2 pita RNA yang dominan pada RNA total yang
diisolasi dari akar maupun daun padi baik perlakuan kontrol maupun dengan
cekaman besi 400 ppm. Kedua pita dominan tersebut merupakan pita yang
menunjukkan RNA ribosomal (rRNA) 28S dan 18S (Gambar 1). Hal ini menunjukkan
bahwa RNA total yang diisolasi mempunyai keutuhan yang tinggi sehingga sangat
baik digunakan sebagai cetakan untuk sintesis cDNA total. Selain itu juga
menunjukkan bahwa RNA yang diisolasi tidak mengalami degradasi.
Jumlah sampel yang digunakan pada uji
kuantitatif ini hanya 6 sampel. Hal ini dikarenakan berdasarkan hasil
elektroforesis (Gambar 1) menunjukkan terdapat 2 sampel yang tidak menghasilkan
pita. Tidak munculnya pita tersebut diasumsikan bahwa RNA tidak berhasil
diisolasi sehingga tidak dilakukan uji kuantitatif. Uji kuantitatif dilakukan
dengan Thermo Scientific Nanodrop 2000
Spectrofotometer pada panjang gelombang 260 nm dan 280 nm. Uji
kuantitatif ini dilakukan untuk mengetahui konsentrasi dan tingkat kemurnian
RNA total yang berhasil diisolasi. Konsentrasi RNA hasil isolasi berdasarkan
pengukuran pada panjang gelombang 260 nm, nilai 1 unit absorban sebanding dengan
1 μg/ml RNA (Wilson dan Walker 2000). Berdasarkan Sambrook et al. (1989) konsentrasi RNA didapat dari perkalian nilai absorban
dengan faktor pengenceran dan 40 μg/ml. Konsentrasi RNA total pada semua sampel
berkisar antara 886.90-3297.85 ng/μl. Hasil pengukuran tingkat kemurnian RNA
menggunakan Thermo Scientific Nanodrop
2000 Spectrofotometer menunjukkan bahwa rasio serapan pada panjang
gelombang A260/A280 berkisar antara 1.54-1.97.
Perbandingan serapan
pada panjang gelombang A260/A280 menunjukkan
kemurnian RNA terhadap adanya kontaminan protein. Perbandingan 1.80-2.00
menunjukkan tingkat kemurnian yang cukup baik dan sedikitnya kontaminan protein
dalam larutan ekstrak RNA. Hasil praktikum menunjukkan bahwa hanya sampel D2K
yang bebas dari kontaminasi protein. Sampel yang lain menunjukkan tingkat
kontaminasi protein yang bervariasi. Kontaminasi protein paling tinggi terdapat
pada sampel A1K dengan rasio A260/A280 sebesar 1.54.
Praktikum ini menggunakan kit iScript
cDNA synthesis (BIO-RAD). Reaksi dimulai dengan penambahan primer
oligo(dT), primer ini akan berpasangan dengan adenin pada mRNA (ekor poli A).
Komponen nukleotida (dNTP) dengan bantuan
enzim reverse transcriptase akan berpasangan dengan basa komplemennya pada
mRNA sehingga terbentuk utas pertama cDNA. Proses selanjutnya yaitu mRNA
dipisahkan dari hibrid (mRNA-cDNA) dengan cara mendegradasi mRNA menggunakan
enzim RNaseH.
Sebelum cDNA digunakan dalam PCR maka
terlebih dahulu dilakukan pengukuran konsentrasinya. Pada praktikum
ini hanya digunakan 2 macam sampel yang digunakan untuk sintesis cDNA total
karena laboratorium hanya menyediakan untuk 2 sampel saja atas pertimbangan
harga enzim yang mahal. Dua sampel yang digunakan pada tahapan ini dipilih
hasil isolasi RNA dari padi dengan sifat toleran terhadap besi yaitu perlakuan
kontrol dan cekaman besi 400 ppm. Penggunaan
konsentrasi cDNA pada analisis ekspresi dengan metode RT-PCR memerlukan
konsentrasi cDNA yang sama karena akan mempengaruhi intensitas pita yang
terbentuk. Sebanyak 500 ng/μl cDNA diamplifikasi menggunakan PCR. Teknik ini
digunakan untuk mendeteksi gen OsIRT1 pada akar padi menggunakan primer
spesifik yang telah didesain sebelumnya. Primer Actin digunakan sebagai kontrol.
Hasil praktikum menunjukkan bahwa konsentrasi cDNA hasil sintesis yaitu
berkisar antara 1597.3-1615 ng/μl dengan tingkat kemurnian yang cukup baik
yakni 1.74-1.78. Berdasarkan hasil sintesis cDNA tersebut sehingga konsentrasi
cetakan yang akan digunakan untuk analisis ekspresi melalui PCR dengan primer
spesifik berikutnya dapat ditentukan.
Analisis ekpresi pada penelitian ini
dilakukan menggunakan teknik RT-PCR. Sampel yang diuji merupakan sampel akar
padi varietas Pokkali yang mendapat perlakuan cekaman besi 400 ppm dibandingkan
dengan kontrol. Molekul cDNA hasil sintesis selanjutnya dielektroforesis pada
gel agarosa 1 %. Tingkat ekspresi gen diamati melalui perbedaan intensitas pita
yang dihasilkan oleh masing-masing sampel. Intensitas pita yang muncul
berbanding lurus dengan tingkat ekspresi gen. Hasil praktikum
menunjukkan bahwa adanya perlakuan cekaman besi 400 ppm selama 4 hari
menyebabkan peningkatan ekspresi gen OsIRT1
pada akar padi varietas Pokkali (Gambar 2). Peningkatan ekspresi gen OsIRT1 tersebut dapat diamati dari
intensitas pita hasil elektroforegram yang lebih tebal dibandingkan dengan
kontrol. Ukuran pita untuk gen OsIRT1
pada praktikum ini yaitu 168 bp, sedangkan ukuran pita untuk gen Actin yaitu 136 bp.
Gambar 2. Elektroforegram hasil RT-PCR dengan menggunakan primer spesifik untuk
gen Actin (kontrol) dan gen OsIRT1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Let's share!