Dampak
dan mekanisme pertahanan tanaman terhadap keracunan Fe (Onaga et al. 2016)
Padi yang
mengalami gejala keracunan Fe dapat diamati dari adanya karat (bronzing) dan timbul bintik-bintik
cokelat pada daun (Wu et al. 2014).
Yamanouchi & Yoshida (1981) dalam
Becker dan Asch (2005) menyatakan bahwa adanya gejala bronzing pada daun yang mengalami
keracunan Fe disebabkan karena akumulasi polifenol teroksidasi. Timbulnya bronzing dimulai dari ujung daun tertua
tanaman yang kemudian menyebar keseluruh bagian helai daun hingga menyebabkan
daun mati. Gejala bronzing dapat
terjadi pada setiap tahap pertumbuhan dan perkembangan tanaman mulai dari tahap
perkecambahan, tahap vegetatif, tahap generatif awal bahkan generatif akhir.
Guna menghadapi kondisi lingkungan dengan
kandungan Fe berlebih, tanaman mengembangkan berbagai strategi pertahanan. Becker & Asch (2005) membagi menjadi 3 strategi pertahanan
meliputi: ekskluder-avoidance,
inkluder-avoidance, dan inkluder-tolerance. Pemahaman terkait mekanisme
tersebut penting dalam upaya untuk mendapatkan padi yang adaptif dan toleran
untuk tipe tanah dengan kandungan Fe yang cukup tinggi. Pada strategi I
(ekskluder-avoidance), tanaman
melakukan pencegahan Fe2+ untuk masuk ke dalam tanaman melalui akar
untuk menghindari efek toksik Fe2+ pada jaringan tajuk. Strategi
ekskluder-avoidance dilakukan dengan
oksidasi pada daerah rhizosfer dan tanaman mengembangkan selektifitas ion pada
akar. Pada strategi II (inkluder-avoidance),
tanaman mengambil Fe2+ melalui akar, namun kerusakan jaringan
dicegah melalui mekanisme kompartementasi. Mekanisme kompartementasi ini dilakukan
melalui 2 cara yaitu (1) Fe yang masuk diangkut ke jaringan daun tua karena
dianggap sebagai jaringan pembuangan (dumping
sites) dan (2) Fe yang masuk secara simplas akan diangkut ke bagian apoplas
daun. Pada strategi III (inkluder-tolerance),
tanaman dapat mentoleransi jumlah Fe2+ yang tinggi pada jaringan
daun kemungkinan melalui aktivitas detoksifikasi enzimatik pada simplas.
Mekanisme eksklusi melalui aktivitas oksidasi
pada daerah rhizosfer, penyimpanan Fe pada tajuk, serta toleransi Fe pada
jaringan daun melalui aktivitas detoksifikasi diduga merupakan mekanisme utama
yang terlibat dalam sifat toleransi tanaman terhadap keracunan Fe (Becker &
Asch 2005; Engel et al. 2012). Adanya variasi genetik pada sifat toleransi tanaman
terhadap keracunan Fe khususnya yang bersifat shoot-based yaitu diduga berkaitan dengan aktivitas regulasi
translokasi dan pengkelatan Fe, serta peningkatan konsentrasi senyawa metabolit
antioksidan pada tajuk (Kabir et al.
2016).
Berdasarkan keterkaitan antara gejala bronzing yang muncul dan konsentrasi Fe
yang ada pada jaringan daun, Engel et al.
(2012) membagi menjadi 2 kelompok yaitu ekskluder-resistant dan inkluder-tolerant.
Tanaman padi tipe ekskluder mengakumulasi Fe pada jaringan daun lebih sedikit
dibandingkan tipe inkluder. Namun, menurut Engel (2009) tingkat keracunan Fe
pada tanaman tergantung pada genotipe, umur tanaman dan kondisi lingkungan. do
Amaral et al. (2016) menyebutkan
bahwa terdapat 3 mekanisme toleransi tanaman padi terhadap keracunan Fe yaitu
(1) Tanaman mengoksidasi Fe2+ menjadi Fe3+ di akar, (2)
Tanaman mengakumulasi Fe dalam bentuk non-toksik untuk disimpan di vakuola dan
apoplas atau melalui penyimpanan dalam bentuk ferritin, serta (3) Detoksifikasi
yang melibatkan Reactive Oxygen Species
(ROS).
NB: Daftar Pustaka (under request, please contact me via turhadibiologi@gmail.com)
For more, you can check on my article:
Please visit!
NB: Daftar Pustaka (under request, please contact me via turhadibiologi@gmail.com)
For more, you can check on my article:
Please visit!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Let's share!