Rabu, 05 Juni 2013

co-EVOLUSI

Evolusi ekosistem terjadi dalam kurun waktu yang tidak terbatas sebelum mencapai klimaks. Selama kurun waktu evolusi berlangsung, semua komponen ekosistem mengalami perubahan. Perubahan dimulai dari salah satu komponen, kemudian menginduksi ke komponen lainnya. Dengan demikian pada evolusi ekosistem jelas terjadi evlusi pada semua populasi-populasi yang eksis padanya. Dengan peristiwa ini para pakar ekologi merumuskan sutu konsep proses eologi yang diberi nama koevolusi.
Koevolusi adalah tipe-tipe adaptasi yang khas karena hubungan antarjenis (interspesific) makhluk hidup. Koevolusi digunakan untuk mendeskripsikan suatu keadaan yang melibatkan serangkaian adaptasi berbalikan (resiprokal); perubahan pada satu spesies yang berperan sebagai komponen seleksi untuk spesies lain, dan adaptasi perlawanan dari spesies kedua yang timbul sebagai respon pengaruh seleksi yang ditimbulkan oleh spesies pertama. Koevolusi secara intensif dipelajari dalam hubungan predator-prey dan simbiosis yang merupakan hubungan antarpopulasi makhluk hidup dalam komunitas.
Dalam artian terluas, koevolusi adalah "perubahan pada objek biologis yang dicetuskan oleh perubahan pada objek lain yang berkaitan dengannya". Koevolusi dapat terjadi pada berbagai tingkatan biologis: ia dapat terjadi secara makroskopis maupun mikroskopis. Tiap-tiap pihak dalam suatu hubungan evolusioner memberikan tekanan seleksi kepada pihak lainnya, sehingga mempengaruhi evolusi pihak lain tersebut.
Makhluk hidup akan semaksimal mugkin mengeksploitasi lingkungan kehidupannya, inilah prinsip koevolusi. Syarat terjadinya koevolusi adalah adanya pola-pola hubungan antara spsis satu dengan spesies yang lain dalam komunitas. Hubungan antara spesies ini akan memunculkan tipe-tipe adapasi yang merpakan tanda terjadinya koevolusi.
Kita membatasi diri pada beberapa populasi untuk mengungkap proses koevolusi, Suatu spesies dapat berevolusi sebagai respon dari tekanan seleksi dari banyak spesies lainnya, dan tiap-tiap spesies lainnya juga berevolusi merespon banyak spesies lainnya pula. Spesies merupakan bagian dari populasi yang peka terhadap perubahan ekologis. Perilaku ini dapat menyebabkan perubahan genetika yang kecil pada populasi yang menguntungkan satu sama lainnya. Keuntungan yang didapatkan memberikan kesempatan yang lebih besar agar karakteristik ini diwariskan kepada generasi selanjutnya. Seiring dengan berjalannya waktu, mutasi yang berkelanjutan menciptakan hubungan yang kita pantau sekarang.
Contoh kasus koevolusi adalah hubungan antara Pseudomyrmex (sejenis semut) dengan tumbuhan akasia. Semut menggunakan tumbuhan ini sebagai tempat berlindung dan sumber makanan. Hubungan antar dua organisme ini sangat dekat sehingga menyebabkan evolusi struktur dan perilaku khusus pada kedua organisme. Semut melindungi pohon akasia dari hewan herbivora dan membersihkan tanah hutan dari benih tumbuhan saingan. Sebagai gantinya, tumbuhan mempunyai struktur duri yang membesar yang dapat digunakan oleh semut sebagai tempat perlindungan dan sumber makanan ketika tumbuhan tersebut berbunga.
Contoh yang lain adalah hubungan antara populasi tumbuhan berbunga dalam genus Passiflora dengan serangga herbivore kupu-kupu Heliconius. Untuk melindungi diri dari larva herbivore ini yang memakannya, daun muda dan tunas tumbuhan Passiflora menghasilakn zat racun. Walaupun ternyata larva Heliconius mampu menoleransi zat pahit ini dengan enzim pemecah zat racun tersebut. Adaptasi balik yang diberikan Passiflora, ia memberi makan bagi serangga jenis ini dan memberi tempat untuk bertelur. Bintik daun Passiflora mengandung nectar yang mengundang serangga lain  yang sekaligus sebagai predator Heliconius. Akibat adanya kompetisi, ancaman Heliconius terhadap Passiflora sedikit terkurangi.
Suatu contoh koevolusi yang terjadi di sekitar kita misalnya di daerah sekitar Merapi. Beberapa saat yang lalu Merapi mengeluarkan materi vulkaniknya. Pada saat Merapi meletus hal ttersebut tentu menimbulkan hal-hal yang negative seperti dengan rusaknya segala sesuatu yang ada di sekitar Merapi. Tak terkecuali hewan dan tumbuhan yang ada di sekitarnya. Banyak tumbuhan yang mati karena terkena dampak meletusnya Merapi. Namun dibalik semua itu, ada sebuah hal yang tentunya akan berdampak bagi kelangsungan hewan dan tumbuhan di sekitar Merapi. Dalam jangka waktu tertentu, materi vulkanik dari merapi akan terurai di dalam tanah hingga menyebabkan tanah di sekitar Merapi akan subur. Dengan adanya tanah yang subur ini maka tumbuhan yang dulunya mungkin tumbuh sulit maka akan bias tumbuh dengan baik. Dengan keadaan tanah yang subur tentunya tumbuhan akan menyerap lebih banyak unsure hara sehingga pertumbuhannya akan lebih baik. Terutama tanaman perkebunan seperti sayur-sayuran maupun teh dan sebagainya bisa menghasilkan produk yang lebih banyak dan lebih berkualitas. Selanjutnya, dengan adanya tumbuhan yang tumbuh dengan lebih baik akan membuat hewan-hewan yang ada di sekitarnya juga berkembang dengan baik. Dengan ketersediaan makanan yang melimpah tentunya membuat hewan-hewan tersebut dapat hidup dengan baik. Dengan adanya perubahanstruktur tanah tersebut baik hewan dan tumbuhan akan beradaptasi dengan keadaan tersebut sehingga dapat tumbuh dengan baik. Hal ini tentunya akan berdampak baik untuk ke depannya, dikarenakan dengan adanya perubahan strukur tanah tersebut dapat dipastikan hasil pertanian maupun perkebunan akan lebih baik. Selain itu akan muncul varietas-vrietas yang lebih unggul daripada varietas yang ada sebelum peristiwa tersebut terjadi. Dan kehidupan penduduk di sekitarnya juga akan lebih sejahtera.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Let's share!