Latar belakang
Secara umum, hama
diartikan sebagai organisme pengganggu yang dapat menimbulkan kerugian pada
kegiatan usaha tani yang dapat berupa pertanian tanaman pangan dan
holtikultura, perkebunan, hutan tanaman industri (HTI), peternakan, perikanan,
dan sebagainya. Organisme pengganggu tersebut dapat berupa hama tumbuhan,
patogen tumbuhan, dan gulma (Martono, 2011). Menurut Horn (1988), hama dapat
diartikan sebagai hewan atau tumbuhan yang kepadatan populasinya melebihi
ambang batas yang diterima manusia sehingga menyebabkan kerusakan ekonomi.
Populasi hama dapat berubah dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat.
Salah satu faktor penghambat atau pengatur populasi hama adalah musuh alami.
Musuh alami berpotensi untuk dikembangkan sebagai agen pengendalian hama yang
aman bagi lingkungan. Upaya pengendalian hama dengan musuh alami mulai menguat
setelah disadari bahwa pengendalian hama dengan insektisida menimbulkan
berbagai dampak negatif yang merugikan lingkungan.
Musuh alami dapat
berupa parasitoid, predator, dan patogen. Parasitoid merupakan unsur pengendali
populasi hama yang bersifat spesifik sehingga dapat menekan populasi inang pada
tingkat yang lebih rendah. Sifat spesifik tersebut menyebabkan parasitoid lebih
sering digunakan sebagai agen pengendalian hayati dibandingkan dengan predator
(Nonci, 2004). Predator merupakan organisme yang hidup bebas dengan memakan,
membunuh, atau memangsa serangga lain. Hampir semua ordo serangga memiliki
jenis yang menjadi predator, tetapi ada beberapa ordo yang anggotanya merupakan
predator yang digunakan dalam pengendalian hayati (Jumar, 2000). Selain itu,
patogen juga berperan sebagai salah satu musuh alami dari serangga hama.
Menurut Sunarno (2014), patogen merupakan golongan mikroorganisme atau jasad
renik yang menyebabkan serangga sakit hingga mati sehingga dapat turut serta
dalam mempengaruhi dan menekan perkembangan serangga hama. Oleh karena itu,
penting dilakukan praktikum ini agar dapat membedakan serangga hama dengan
musuh alami di lingkungan.
Rumusan masalah
Rumusan masalah
dari praktikum ini adalah apa perbedaan antara hama dan musuh alami?
Tujuan
Tujuan dari
praktikum ini adalah untuk mengetahui perbedaan antara hama dan musuh alami.HASIL DAN PEMBAHASAN
Serangga
merupakan salah satu faktor biotik yang terdapat di ekosistem. Keberadaan
serangga dapat digunakan sebagai indikator keseimbangan ekosistem. Manfaat serangga di
dalam ekosistem serangga memiliki manfaat yaitu sebagai musuh alami hama, pengendali gulma, serangga penyerbuk,
penghasil produk bahan pangan dan pengurai sampah (Borror dkk., 1996).
Gambar 1. Serangga
yang ditemukan pada praktikum: a).
Pyrrhocoridae; b). Pentagonidae 1; c). Apidae; d). Acrididae; e). Tettigonidae 1; f). Tettigonidae 2; g). Coccinelidae; h). Syrpidae; i). Lepidoptera; j). Pentagonidae 2
Menurut
Elzinga (2004), Interaksi serangga-gulma merupakan contoh dari interaksi
binatang-tumbuhan. Ada banyak tipe interaksi binatang-tumbuhan, beberapa
merupakan interaksi mutualistik dan beberapa yang lain bersifat antagonistik
(seperti parasitisme, predasi, kompetisi), atau komensalistik. Tipe tersebut
ditentukan berdasarkan efek terhadap spesies yang berinteraksi tersebut, apakah
menguntungkan, merugikan atau netral.
Menurut Price (1997), Serangga penyerbuk (polinator) adalah jenis-jenis serangga yang memiliki peranan dalam membantu penyerbukan
(polinasi) suatu jenis tanaman. Interaksi antara serangga penyerbuk dengan
tumbuhan berbunga merupakan bentuk simbiosis mutualisme. interaksi tersebut
terjadi karena bunga menyediakan pakan bagi serangga, yaitu berupa serbuk sari
dan nektar, sementara tumbuhan sendiri mendapatkan keuntungan dalam penyerbukan.
Hasil pengamatan yang telah dilakukan
didapatkan serangga polinator yaitu Apidae (Gambar 1c).
Lepidoptera,
Tettigonidae, Acrididae dan dan Tettigonidae (Gambar 1i, 1d, 1e, dan 1f) merupakan serangga herbivora dan didalam praktik budidaya banyak tanaman banyak merugikan
petani, karena keberadaannnya dipertanian sering menyebabkan penurunan kualitas
dan kuantitas hasil pertanian. pada tingkat serangan tinggi, serangga tersebut
dapat menyebabkan terjadinya kegagalan panen. Keberadaannya banyak memberikan
kerugian, kelompok ini diberi istilah serangga hama (Suheriyanto, 2008).
Pyrrhocoridae,
Coccinelidae, dan Syrpidae (Gambar 1a, 1g, dan 1h) merupakan jenis serangga yang berperan sebagai predator
(musuh alami),disebut predator karena serangga ini dapat memangsa herbivora
dengan cara memakan serangga secara langsung (entomofagus). Serangga ini dapat membantu manusia dalam
mengendalikan serangan hama dipertanaman (Suheriyanto, 2008).
Serangga yang ditemukan umumnya
berada di rerumputan atau tumbuhan herba lainnya. Selain itu, beberapa serangga
juga ditemukan pada tumbuhan semak dan pohon. Tumbuhan-tumbuhan yang diketahui
sebagai tempat ditemukan serangga tersebut termasuk tumbuhan berbunga, seperti:
putri malu (Mimosa pudica) dan
beberapa tumbuhan lainnya. Hal tersebut diduga karena serangga yang ditemukan
berperan juga sebagai penyerbuk (polinator).
Apidae
hidup pada daerah yang terdapat banyak bunga. Serangga jenis ini memiliki
toleransi yang tinggi terhadap suhu lingkungan. Sebagian besar Apidae mencari
makan sepanjang hari. Apidae termasuk dalam golongan herbivore (nectarivora).
Apidae dewasa memakan nektar dan polen, sedangkan larva Apidae memakan polen,
nektar, madu dan minyak flora. Sebagian besar lebah (Apidae) memiliki sengat
berbisa yang digunakan untuk menyerang predator yang mengancam sarang lebah.
Lebah memiliki sarang di tempat-tempat yang sulit dijangkau atau membuat sarang
dengan menggali dari kayu yang telah mati. Predator dari hewan ini yaitu
laba-laba, semut dan burung pemakan serangga. Fungsi ekologis dari Apidae yaitu
berperan dalam proses polinasi berbagai jenis tumbuhan berbunga(Diamond, 2005).
Famili Coccinelidae menurut Poernomo (2010), merupakan famili
yang sangat penting di dalam pengendalian hayati. Umumnya digunakan dalam
introduksi musuh alami untuk mengendalikan hama-hama eksotik atau spesies
invasif. Contoh yang sangat terkenal adalah kumbang koksi Rodolia cardinalis
yang sukses mengendalikan populasi Icerya purchasi di California. Kumbang koksi
ini umumnya menjadi predator bagi kutu daun, kutu perisai, kutu kebul (whitefly).
Coccilenidae
atau kumbang dapat ditemukan di seluruh belahan dunia. Lebih dari seratus
spesies telah disebarkan antar benua untuk fungsi pengendalian hayati. Kumbang
ini diharapkan akan memakan kutu daun dan hama lainnya dengan lebih baik dari
pada kumbang endemik. Kumbang ini dapat ditemukan dimana mangsanya hidup.
Kumbang ini dapat dijumpai di tumbuh-tumbuhan dan semak-semak, di pepohonan
atau bahkan di rumput. Spesies ini hidup di daerah beriklim sedang, pada musim
dingin kumbang ini akan berpindah atau mencari tempat yang lebih hangat.
Kumbang betina mampu memakan 60 ekor kutu daun dalam sehari dan larva kumbang
ini 25 ekor kutu daun. Beberapa jenis kumbang betina memakan jenis lain yang
lebih kecil atau serangga bertubuh lunak. Fungsi pengendalian hayati dari
coccilenidae yaitu dapat mengurangi secara signifikan hama pertanian terutama
kutu daun tanaman kacang. Beberapa kumbang betina memakan serbuk sari saat
tidak ada banyak kutu untuk dimakan (Hammond, 2014).
Syrphidae
dapat ditemukan disekitar tumbuhan berbunga. Lalat bunga ini juga ditemukan di
tempat diamana larva mereka hidup. Lalat bunga ini dapat jumpai di berbagai
jenis habitat. Beberapa jenis tinggal di air tawar yang menggenang, di kayu
yang membusuk dan di sekitar tanaman. Lalat dewasa memakan nektar bunga dan
kutu daun. Jenis larva lalat yang berbeda memiliki makanan yang berbeda pula.
Makanan dari kumbang ini diantaranya yaitu bagian tanaman yang busuk atau
basah, jamur atau tanaman hijau lain. Predator dari lalat bunga ini yaitu katak
dan laba-laba. Fungsi ekologis dari lalat bunga ini yaitu sebagai agen
pollinator bagi banyak bunga. Larva lalat ini membantu dalam proses
membersihkan dan memecah tanaman mati dan memakan mikroorganisme (Hammond,
2014).
Lepidoptera dapat ditemukan di dekat tanaman
pangan mereka. Sebagian besar jenis memiliki habitat tanah. Kupu-kupu memakan
daun dan bunga tanaman. Sangat sedikit jenis ulat bulu yang termasuk karnivora
yang dapat memakan kutu daun atau serangga bertubuh lunak. Lepidoptera dewasa
memakan nektar atau getah. Hewan ini terkadang memakan lumpur untuk mendapatkan
mineral atau kotoran hewan untuk mendapatkan protein yang dibutuhkan. Predator
serangga jenis ini diantaranya yaitu burung pemakan serangga, katak, laba-laba,
semut dan lalat parasit (Hammond, 2014).
Pentagonidae menjadi salah satu hama dalam
budidaya tanaman terutama padi. Hewan ini menghisap cairan tanaman dati tangkai
bunga. Pertahanan hewan ini dilakukan dengan mengeluarkan aroma yang sangat
menyengat. Dysdercus singulatus merupakan hama bagi beberapa tanaman. Serangga
dewasa dan larva jenis ini memakan buah dan mempengaruhi hasil panen dan
kualitas hasil panen (Verma dkk., 2013).
Tempat dimana hewan ini ditemukan merupakan ahan dengan rerumputan dan
terdapat bayak bunga, sehingga dapat ditemukan banyak serangga pollinator
seperti lebah dan kupu-kupu. Lahan tempat ditemukannya serangga dekat dengan
area pepohonana, sehingga dapat ditemukan kumbang dan beebrapa serangga pemakan
kutu daun yang lainnya.
Menurut Poernomo (2010), predator
serangga hama dapat berupa arthropoda (Serangga, tungau, dan laba-laba) atau
vertebrata seperti burung, mamalia kecil, katak, ikan atau reptil.
Karakteristik musuh alami: 1) membunuh dan memakan mangsanya lebih dari satu
hingga mencapai stadia dewasa, 2) Ukuran tubuhnya relatif lebih besar
dibandingkan mangsanya, 3) Sifat predasi terdapat pada stadia pra dewasa dan
dewasa, 4) Stadia larva/nimfa yang aktif sebagai predator dibantu oleh organ
sensorik dan lokomotorik, dan 5) Perkecualian hanya pada predator yang menyimpan
mangsanya untuk progeninya. Predator umumnya memakan langsung mangsanya.
Sebagian besar predator melakukan aktivitas predasi
selama perkembangan larvanya, meskipun perilaku predasi ini pada beberapa
predator berlanjut sampai imago. Secara umum predator bersifat tidak spesifik
mangsa. Hal ini adalah salah satu kelebihan dari predator yang bersifat
generalis, meskipun serangga hama utama hanya sedikit di lapangan, predator ini
umumnya dapat bertahan hidup dengan memakan mangsa alternatif. Akan tetaapi,
sifat generalis ini kadang-kadang juga menimbulkan two-edged sword, yang berdampak merugikan apabila mangsa alternatif
itu merupakan serangga non-hama. Salah satu hambatan penggunaan predator adalah
kemampuan menemukan mangsa relatif rendah (Poernomo, 2010).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Let's share!