Surface Active Agents (Surfactant) merupakan senyawa organik
yang bersifat sebagai zat aktif permukaan. Surfaktan dapat dikelompokkan
menjadi dua bagian yaitu surfaktan alami dan surfaktat sintetik. Surfaktan
alami umunya memiliki bobot molekul besar, sehingga kehadirannya menyebabkan
viskositas cukup besar. Jenis surfaktan ini antara lain:
1. Lesitin
dan kolesterol.
2. Gom
arab dan gom tragacant: merupakan senyawa kompleks dari polisakarida.
3. Lenolin:
merupakan senyawa hasil pemurnian malam atau lilin kayu.
4. Alginat:
merupakan senyawa yang diperoleh dari rumput laut dengan sifat dan struktur
mirip gom.
5. Karagenin:
merupakan senyawa ester sulfat dari kompleks polisakarida.
f.
Turunan selulosa: jenis
yang banyak dipakai adalah karboksimetilselulosa (CMC).
Surfaktan
alami lebih banyak dipakai sebagai emulgator dibanding pembersih atau pembasah.
Surfaktan secara umum memiliki struktur molekul yang terdiri dari senyawa hidrokarbon
yang bersifat hidrofobik (non polar) dan gugus fungsi yang bersifat hidrofilik
(polar). Menurut Efendi (2003) hingga tahun 1965 jenis surfaktan yang biasa
digunakan dalam detergen adalah alkylbenzene
sulphonate (ABS) yang bersifat resisten terhadap dekomposisi biologis.
Kemudian, jenis surfaktan ini diganti dengan Linear Alkylbenzene Sulfonate (LAS) yang dapat diuraikan secara
biologis (biodegradable). Selain itu,
surfaktan diketahui juga dapat mengganggu transfer gas. Surfaktan berinteraksi
dengan sel dan membran sel sehingga menghambat pertumbuhan sel.
Surfaktan
pada detergen adalah natrium alkil benzen sulfonat atau natrium alkil hidrogen
sulfat. Bahan yang dipakai sebagai builder
adalah natrium tripolifosfat atau tetranatrium pirofosfat (Sumardjo, 2009). Permasalahan
yang ditimbulkan oleh detergen tidak hanya menyangkut surfaktan, akan tetapi
juga berkaitan dengan banyaknya polifosfat yang juga merupakan penyusun
detergen, yang masuk ke badan air. Polifosfat dari detergen ini diperkirakan
memberikan kontribusi sekitas 50 % dari seluruh fosfat yang terdapat
diperairan. Keberadaan fosfat yang berlebih menstimulir terjadinga eutrofikasi
(pengayaan) perairan. Kadar surfaktan kationik 0,1-10 mg/liter dan surfaktan
non ionik 1-10000 mg/liter dapat menghambat pertumbuhan alga (Effendi, 2003).
Suatu molekul sabun maupun detergen mengandung
suatu rantai hidrokarbon panjang dan ujung ion. Bagian hidrokarbon dari molekul
itu bersifat hidrofobik dan larut dalam pelarut non polar, sedangkan ujung ion
bersifat hidrofilik dan larut dalam pelarut polar. Gambar 1 menunjukkan lambang
umum suatu surfaktan. Rantai hidrokarbon pada sebuah molekul detergen secara
keseluruhan tidak benar-benar larut dalam air. Namun, detergen mudah
tersuspensi dalam air karena membentuk misel (micelles), yaitu segerombol (50-150) molekul sabun yang rantai
hidrokarbonnya mengelompok dengan ujung-ujung ionnya menghadap ke air
NB: Daftar Pustaka (under request, please contact me via turhadibiologi@gmail.com
NB: Daftar Pustaka (under request, please contact me via turhadibiologi@gmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Let's share!