Jumat, 16 Oktober 2015

IDENTIFIKASI BEBERAPA SPESIES HAMA DAN MUSUH ALAMI

PENDAHULUAN 
Latar belakang
Secara umum, hama diartikan sebagai organisme pengganggu yang dapat menimbulkan kerugian pada kegiatan usaha tani yang dapat berupa pertanian tanaman pangan dan holtikultura, perkebunan, hutan tanaman industri (HTI), peternakan, perikanan, dan sebagainya. Organisme pengganggu tersebut dapat berupa hama tumbuhan, patogen tumbuhan, dan gulma (Martono, 2011). Menurut Horn (1988), hama dapat diartikan sebagai hewan atau tumbuhan yang kepadatan populasinya melebihi ambang batas yang diterima manusia sehingga menyebabkan kerusakan ekonomi. Populasi hama dapat berubah dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat. Salah satu faktor penghambat atau pengatur populasi hama adalah musuh alami. Musuh alami berpotensi untuk dikembangkan sebagai agen pengendalian hama yang aman bagi lingkungan. Upaya pengendalian hama dengan musuh alami mulai menguat setelah disadari bahwa pengendalian hama dengan insektisida menimbulkan berbagai dampak negatif yang merugikan lingkungan.
Musuh alami dapat berupa parasitoid, predator, dan patogen. Parasitoid merupakan unsur pengendali populasi hama yang bersifat spesifik sehingga dapat menekan populasi inang pada tingkat yang lebih rendah. Sifat spesifik tersebut menyebabkan parasitoid lebih sering digunakan sebagai agen pengendalian hayati dibandingkan dengan predator (Nonci, 2004). Predator merupakan organisme yang hidup bebas dengan memakan, membunuh, atau memangsa serangga lain. Hampir semua ordo serangga memiliki jenis yang menjadi predator, tetapi ada beberapa ordo yang anggotanya merupakan predator yang digunakan dalam pengendalian hayati (Jumar, 2000). Selain itu, patogen juga berperan sebagai salah satu musuh alami dari serangga hama. Menurut Sunarno (2014), patogen merupakan golongan mikroorganisme atau jasad renik yang menyebabkan serangga sakit hingga mati sehingga dapat turut serta dalam mempengaruhi dan menekan perkembangan serangga hama. Oleh karena itu, penting dilakukan praktikum ini agar dapat membedakan serangga hama dengan musuh alami di lingkungan.

Rumusan masalah
Rumusan masalah dari praktikum ini adalah apa perbedaan antara hama dan musuh alami?

Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui perbedaan antara hama dan musuh alami.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Serangga merupakan salah satu faktor biotik yang terdapat di ekosistem. Keberadaan serangga dapat digunakan sebagai indikator keseimbangan ekosistem. Manfaat serangga di dalam ekosistem serangga memiliki manfaat yaitu sebagai musuh alami hama, pengendali gulma, serangga penyerbuk, penghasil produk bahan pangan dan pengurai sampah (Borror dkk., 1996).
Gambar 1. Serangga yang ditemukan pada praktikum: a). Pyrrhocoridae; b). Pentagonidae 1; 
c). Apidae; d). Acrididae; e). Tettigonidae 1; f). Tettigonidae 2; g). Coccinelidae; h). Syrpidae; i). Lepidoptera; j). Pentagonidae 2


Menurut Elzinga (2004), Interaksi serangga-gulma merupakan contoh dari interaksi binatang-tumbuhan. Ada banyak tipe interaksi binatang-tumbuhan, beberapa merupakan interaksi mutualistik dan beberapa yang lain bersifat antagonistik (seperti parasitisme, predasi, kompetisi), atau komensalistik. Tipe tersebut ditentukan berdasarkan efek terhadap spesies yang berinteraksi tersebut, apakah menguntungkan, merugikan atau netral.
 Menurut Price (1997), Serangga penyerbuk (polinator) adalah jenis-jenis serangga yang memiliki peranan dalam membantu penyerbukan (polinasi) suatu jenis tanaman. Interaksi antara serangga penyerbuk dengan tumbuhan berbunga merupakan bentuk simbiosis mutualisme. interaksi tersebut terjadi karena bunga menyediakan pakan bagi serangga, yaitu berupa serbuk sari dan nektar, sementara tumbuhan sendiri mendapatkan keuntungan dalam penyerbukan. Hasil pengamatan yang telah dilakukan didapatkan serangga polinator yaitu Apidae (Gambar 1c).
Lepidoptera, Tettigonidae, Acrididae dan dan Tettigonidae (Gambar 1i, 1d, 1e, dan 1f) merupakan serangga herbivora dan didalam praktik budidaya banyak tanaman banyak merugikan petani, karena keberadaannnya dipertanian sering menyebabkan penurunan kualitas dan kuantitas hasil pertanian. pada tingkat serangan tinggi, serangga tersebut dapat menyebabkan terjadinya kegagalan panen. Keberadaannya banyak memberikan kerugian, kelompok ini diberi istilah serangga hama (Suheriyanto, 2008).
Pyrrhocoridae, Coccinelidae, dan Syrpidae (Gambar 1a, 1g, dan 1h) merupakan jenis serangga yang berperan sebagai predator (musuh alami),disebut predator karena serangga ini dapat memangsa herbivora dengan cara memakan serangga secara langsung (entomofagus). Serangga ini dapat membantu manusia dalam mengendalikan serangan hama dipertanaman (Suheriyanto, 2008).
Serangga yang ditemukan umumnya berada di rerumputan atau tumbuhan herba lainnya. Selain itu, beberapa serangga juga ditemukan pada tumbuhan semak dan pohon. Tumbuhan-tumbuhan yang diketahui sebagai tempat ditemukan serangga tersebut termasuk tumbuhan berbunga, seperti: putri malu (Mimosa pudica) dan beberapa tumbuhan lainnya. Hal tersebut diduga karena serangga yang ditemukan berperan juga sebagai penyerbuk (polinator).
Apidae hidup pada daerah yang terdapat banyak bunga. Serangga jenis ini memiliki toleransi yang tinggi terhadap suhu lingkungan. Sebagian besar Apidae mencari makan sepanjang hari. Apidae termasuk dalam golongan herbivore (nectarivora). Apidae dewasa memakan nektar dan polen, sedangkan larva Apidae memakan polen, nektar, madu dan minyak flora. Sebagian besar lebah (Apidae) memiliki sengat berbisa yang digunakan untuk menyerang predator yang mengancam sarang lebah. Lebah memiliki sarang di tempat-tempat yang sulit dijangkau atau membuat sarang dengan menggali dari kayu yang telah mati. Predator dari hewan ini yaitu laba-laba, semut dan burung pemakan serangga. Fungsi ekologis dari Apidae yaitu berperan dalam proses polinasi berbagai jenis tumbuhan berbunga(Diamond, 2005).
Famili Coccinelidae  menurut Poernomo (2010), merupakan famili yang sangat penting di dalam pengendalian hayati. Umumnya digunakan dalam introduksi musuh alami untuk mengendalikan hama-hama eksotik atau spesies invasif. Contoh yang sangat terkenal adalah kumbang koksi Rodolia cardinalis yang sukses mengendalikan populasi Icerya purchasi di California. Kumbang koksi ini umumnya menjadi predator bagi kutu daun, kutu perisai, kutu kebul (whitefly).
Coccilenidae atau kumbang dapat ditemukan di seluruh belahan dunia. Lebih dari seratus spesies telah disebarkan antar benua untuk fungsi pengendalian hayati. Kumbang ini diharapkan akan memakan kutu daun dan hama lainnya dengan lebih baik dari pada kumbang endemik. Kumbang ini dapat ditemukan dimana mangsanya hidup. Kumbang ini dapat dijumpai di tumbuh-tumbuhan dan semak-semak, di pepohonan atau bahkan di rumput. Spesies ini hidup di daerah beriklim sedang, pada musim dingin kumbang ini akan berpindah atau mencari tempat yang lebih hangat. Kumbang betina mampu memakan 60 ekor kutu daun dalam sehari dan larva kumbang ini 25 ekor kutu daun. Beberapa jenis kumbang betina memakan jenis lain yang lebih kecil atau serangga bertubuh lunak. Fungsi pengendalian hayati dari coccilenidae yaitu dapat mengurangi secara signifikan hama pertanian terutama kutu daun tanaman kacang. Beberapa kumbang betina memakan serbuk sari saat tidak ada banyak kutu untuk dimakan (Hammond, 2014).
Syrphidae dapat ditemukan disekitar tumbuhan berbunga. Lalat bunga ini juga ditemukan di tempat diamana larva mereka hidup. Lalat bunga ini dapat jumpai di berbagai jenis habitat. Beberapa jenis tinggal di air tawar yang menggenang, di kayu yang membusuk dan di sekitar tanaman. Lalat dewasa memakan nektar bunga dan kutu daun. Jenis larva lalat yang berbeda memiliki makanan yang berbeda pula. Makanan dari kumbang ini diantaranya yaitu bagian tanaman yang busuk atau basah, jamur atau tanaman hijau lain. Predator dari lalat bunga ini yaitu katak dan laba-laba. Fungsi ekologis dari lalat bunga ini yaitu sebagai agen pollinator bagi banyak bunga. Larva lalat ini membantu dalam proses membersihkan dan memecah tanaman mati dan memakan mikroorganisme (Hammond, 2014).
 Lepidoptera dapat ditemukan di dekat tanaman pangan mereka. Sebagian besar jenis memiliki habitat tanah. Kupu-kupu memakan daun dan bunga tanaman. Sangat sedikit jenis ulat bulu yang termasuk karnivora yang dapat memakan kutu daun atau serangga bertubuh lunak. Lepidoptera dewasa memakan nektar atau getah. Hewan ini terkadang memakan lumpur untuk mendapatkan mineral atau kotoran hewan untuk mendapatkan protein yang dibutuhkan. Predator serangga jenis ini diantaranya yaitu burung pemakan serangga, katak, laba-laba, semut dan lalat parasit (Hammond, 2014).
 Pentagonidae menjadi salah satu hama dalam budidaya tanaman terutama padi. Hewan ini menghisap cairan tanaman dati tangkai bunga. Pertahanan hewan ini dilakukan dengan mengeluarkan aroma yang sangat menyengat. Dysdercus singulatus merupakan hama bagi beberapa tanaman. Serangga dewasa dan larva jenis ini memakan buah dan mempengaruhi hasil panen dan kualitas hasil panen (Verma dkk., 2013).  Tempat dimana hewan ini ditemukan merupakan ahan dengan rerumputan dan terdapat bayak bunga, sehingga dapat ditemukan banyak serangga pollinator seperti lebah dan kupu-kupu. Lahan tempat ditemukannya serangga dekat dengan area pepohonana, sehingga dapat ditemukan kumbang dan beebrapa serangga pemakan kutu daun yang lainnya.
Menurut Poernomo (2010), predator serangga hama dapat berupa arthropoda (Serangga, tungau, dan laba-laba) atau vertebrata seperti burung, mamalia kecil, katak, ikan atau reptil. Karakteristik musuh alami: 1) membunuh dan memakan mangsanya lebih dari satu hingga mencapai stadia dewasa, 2) Ukuran tubuhnya relatif lebih besar dibandingkan mangsanya, 3) Sifat predasi terdapat pada stadia pra dewasa dan dewasa, 4) Stadia larva/nimfa yang aktif sebagai predator dibantu oleh organ sensorik dan lokomotorik, dan 5) Perkecualian hanya pada predator yang menyimpan mangsanya untuk progeninya. Predator umumnya memakan langsung mangsanya. Sebagian besar predator melakukan aktivitas predasi selama perkembangan larvanya, meskipun perilaku predasi ini pada beberapa predator berlanjut sampai imago. Secara umum predator bersifat tidak spesifik mangsa. Hal ini adalah salah satu kelebihan dari predator yang bersifat generalis, meskipun serangga hama utama hanya sedikit di lapangan, predator ini umumnya dapat bertahan hidup dengan memakan mangsa alternatif. Akan tetaapi, sifat generalis ini kadang-kadang juga menimbulkan two-edged sword, yang berdampak merugikan apabila mangsa alternatif itu merupakan serangga non-hama. Salah satu hambatan penggunaan predator adalah kemampuan menemukan mangsa relatif rendah (Poernomo, 2010).


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Let's share!